12 April, 2009

Money Politic Tetap Ampuh

Money Politic Tetap Ampuh
BALIKPAPAN - Jauh di luar dugaan saya sebelumnya tentang apa yang terjadi di malam sebelum pencotengan pemilu legislatif (pileg), Rabu (11/4). Saat itu, saya menuju pada sebuah kesimpulan, jika ternyata, pileg di kota Minyak kali ini masih jauh dari harapan demokrasi yang sebenarnya. Praktik politik yang tak terpuji demi kekuasaan, masih kental mewarnai.

Usai menuntaskan tugas-tugas di kantor, saya berkeliling kota sembari memantau persiapan pileg keesokan harinya. Setiba di wilayah Prapatan, Balikpapan Selatan, beberapa rekan saya mengaku sedang kesal. Ternyata, ia tak kebagian amplop yang berisi Rp 150.000 dari tim sukses salah satu caleg. Ia tak kebagian karena telat hadir saat “jatah” tersebut dibagikan.

Yang membuat saya tak habis pikir, caleg yang bagi-bagi uang itu adalah anggota dewan yang berasal dari partai yang bercorak keagamaan. Kata rekan saya, caleg itu memang bagi-bagi uang sejak pemilihan periode lalu. Berdasarkan informasi beberapa rekan saya di sana, di waktu yang tak berselang lama, salah satu caleg dari partai besar juga melakukan hal serupa di wilayah tersebut.

Jumlahnya lebih besar, yaitu Rp 200.000 per kepala. Sejam kemudian, saya beranjak ke wilayah Sepinggan. Wah, ternyata keadaan tak jauh berbeda. Rekan-rekan saya menginformasikan, beberapa caleg juga baru saja membagi-bagikan uang melalui tim suksesnya. Namun nilainya hanya kisaran Rp 50.000 per kepala.

Berputar ke arah Balikpapan Tengah, sejumlah warga juga menginformasikan kepada saya bahwa telah terjadi aksi bagi-bagi uang dari caleg yang selama ini sangat dekat dengan pedagang. Bahkan, katanya, salah satu tim suksesnya ada yang tertangkap basah oleh Panwascam Balikpapan Tengah.

Dari perbincangan dengan beberapa warga, salah satu caleg yang juga tokoh olahraga Balikpapan, juga disebut-sebut gencar melakukan aksi bagi-bagi uang di seputaran Martadinata, Balikpapan Tengah, sembari meminta KTP warga yang mengambil uang tersebut. Dan masih banyak lagi informasi yang saya terima malam itu terkait hal serupa.

Termasuk aksi bagi-bagi beras 5 kg di perumahan Bangun Reksa Jl Soekarno Hatta km 4, dan atribut yang di taruh di rumah warga. Awalnya saya berpikir, ah, paling juga aksi money politic ini tak mampu memengaruhi warga kota yang cukup makmur ini. Uangnya dikantongi, tapi pilihannya tetap sesuai hati nurani.

Karena penasaran akan efektivitas aksi tersebut, saya berusaha memantau perolehan suara caleg-caleg yang diduga kuat melakukan aksi money politic pada malam harinya. Ternyata, suaranya memang melambung tinggi. Bahkan jauh meninggalkan perolehan suara caleg yang telah sejak lama “memelihara” warga di wilayah yang ia “serang”. Padahal, caleg yang masuk lebih awal, telah berkorban banyak ke warga.

Misalnya, menyumbang jutaan rupiah ke rumah ibadah, atau menggelar berbagai acara bersama warga. Namun hanya dalam semalam, suaranya tergusur oleh amplop. “Astaga, buyar suaraku gara-gara serangan fajar,” kata salah satu anggota dewan yang juga caleg dari Balikpapan Tengah saat menghubungi saya usai mengetahui hasil perolehan suaranya, Sabtu (11/4) kemarin.

Serangan fajar atau bagi-bagi amplop, ibarat kenikmatan sesaat. Uang Rp 50.000 hingga Rp 200.000 atau beras 5 kg, bisa habis dalam hitungan sesaat, namun orang yang dipilih bakal berkuasa selama 5 tahun ke depan. Tak masalah jika caleg yang dipilih adalah orang yang tepat.

Namun secara logika, untuk dipilih saja sudah melakukan tindakan yang tak terpuji, bagaimana saat berada di kursi kekuasaan nantinya. Melihat kejadian di beberapa titik ini, membuat saya ragu akan hasil berbagai survei yang menyatakan, mayoritas pemilih Balikpapan adalah pemilih idealis.(*)

//KALTIMPOST

No comments:

Post a Comment