16 April, 2009

Dari Secarik Status di Facebook

dari-secarik-status-di-facebook
Yus Ariyanto

Dari Secarik Status di Facebook

 1. Saya tertegun membaca status seorang kawan di akun Facebook-nya: “betapa menjengkelkan sampah visual di tiang listrik, tembok, dan pepohonan.”
Ada kegusaran di sana. Anda juga pasti bisa menerka: ini terkait pemasangan poster para calon legislator. Jika kita cerna, status tersebut menaruh iba pada lingkungan yang berubah tak karuan saat para calon legislator berlomba membujuk dan merayu. Belum terlihat tonjokan ke ulu hati politik itu sendiri—ajang para politisi berkiprah.


Masalahnya, kesan yang kuat mengemuka, politik diperebutkan oleh orang-orang semacam itu: tak punya kesantunan pada lingkungan, serampangan menaruh iklan. Sinisme kian kental lantaran para Wakil Rakyat tak kunjung memperlihatkan kinerja mengagumkan. Lihat, betapa banyak anggota absen justru ketika rapat digelar membicarakan masalah hajat hidup orang banyak. Atau, saat hadir di rapat, berseteru dengan petinggi BUMN untuk urusan sepele.

Alih-alih mengundang decak kagum, sederet anggota DPR justru mesti menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sinisme memang mekar. Meski, saya beranggapan, terlalu dini untuk memvonis bahwa parlemen telah “mati.”

Cuma, menjadi berbahaya ketika sinisme bergerak menjadi apatisme kolektif. Demokrasi membutuhkan parlemen. Parlemen membutuhkan partai. Partai membutuhkan politisi. Ketika moral para politisi bangkrut dan hukum bak keset yang diinjak-injak, demokrasi tinggal sejengkal menuju liang lahat. Kita layak cemas, kecuali menganggap demokrasi adalah “benda najis” ciptaan kaum sekular di Barat.

2. Atas status tersebut, ada yang menimpali: “Ya,…sampah visual itu kelak memproduksi sampah politik. Kita hidup di negeri sampah…”

Semoga cetusan ini cuma berakhir di halaman Facebook. Mengerikan jika “sampah” benar-benar menguasai jagat politik kita. Bau busuk akan menyebar, menggerogoti sendi-sendi dasar kehidupan. Lalu, hilanglah harapan. Dan, kita menerima (kembali) sang tiran dengan tangan terbuka.

No comments:

Post a Comment